kartu bebas macet

19 Sep 2012

Salam, ngek, gubrak..!!! Dah lama gue gak ngurus ini blog lagi, bukan karena gak ada bahan yang mau ditulis, tapi karena emang lagi males pergi ke warnetnya, hehehehe. Sebenernya ada aja berita yang bisa gue tulis, mulai dari film yang lagi didemo, kisah penggerebekan pabrik narkoba, sampe kisah tiada akhir kasus century yang mencuat lagi. Tapi kali ini gue bukan mau share tentang hal-hal yang gue tulis diatas. Selain gak minat, sepertinya udah banyak media blog yang telah menayangkan atau mengulas tentang masalah diatas. Dan hal yang gue tulis nanti-pun, sebenernya juga sebuah kisah basi, ya tapi paling tidak gue bisa bercerita tentang kejadian yang tadi sore gue alami. MACET, yerp, kemacetan sepertinya masih menjadi bahasan yang penting buat ibu kota Jakarta selain masalah banjir.

Sore ini gue disuruh nganterin adek gue pergi ke kampus dibilangan Gandaria, ya berhubung gue lagi libur kerja, gak ada salah nya gue sekali-kali nganterin. Dengan yakin, gue berangkat sore itu, bruumm.... sampe dikampus dengan selamat dan lancar jaya. Tapi apa yang terjadi setelah gue mengarahkan laju motor gue ke arah pulang, wakwawww... ya ampun macetnya bikin bulu kuduk gue merinding. Nampak dari arah arteri, jembatan layang kebayoran menuju kearah ciledug dipadati kendaraan yang berjejer tak rapi. Jelas ini bukan pemandangan yang bagus, maklum meski gue juga beraktivitas, tapi area yang gue lewati gak semacet yang gue liat ini. gue kerja didaerah kedoya dan jalur yang gue lewati, meski macet namun tak separah dengan apa yang gue saksikan saat itu, dimana kendaraan menumpuk tak bergerak dengan leluasa. Kembali ke cerita... alhasil, gue memutuskan untuk tidak melewati jalur kebayoran yang mengarah ke ciledug, tapi gue mencoba mengambil jalan arah permata hijau yang arah ke kelapa dua. Dan lagi-lagi, bukan dapat kelancaran, tapi area macet lagi yang gue dapat, karena gue udah terjebak, terpaksa gue nikmatin mecet ini. Dan yang parahnya lagi, setelah gue berhasil melewati jalur permata hijau, gue melalui arah kelapa dua menuju joglo. Dan lagi-lagi, macet masih jadi jajanan gue disore itu, jangankan berjalan perlahan, untuk sekedar bergerak pun butuh waktu cukup lama, ya mungkin buat sekedar joget-joget gangnam style bisa kelar kali buat sekali gerak, kebayang dah betapa macetnya sore itu. Setelah beberapa jam akhirnya gue sampai rumah dengan sangat lelah dan sedikit emosi, bagaimana tidak, gue yang berangkat cuma butuh kurang dari setengah jam, tapi untuk pulangnya sampe sejam lebih, paraaaaahhh!!!

Sebenarnya macet ini adalah hal yang biasa di jakarta sebagai ibu kota sekaligus pusat perputaran ekonomi di negara ini, tapi apakah hal itu mutlak dan tak bisa diatasi? Faktanya, sampai sekarang, kemacetan masih menjadi wacana yang selalu menjadi agenda tiap ada pemilihan gubernur yang baru. Janji-janji menangani kemacetan adalah visi yang diusung tiap calon gubernur ketika berkampanye, tapi sampai sekarang yang namanya si macet ini masih terus berkeliaran dan menjadi momok yang mengerikan buat para pengguna jalan. Ya, walaupun secara geografis letak rumah gue masuk ke area tangerang, namun rata-rata penduduk tangerang bekerja di jakarta, jadi mau tak mau, keadaan jakarta juga turut dirasakan warga tangerang dan beberapa daerah di sekeliling jakarta. Setelah kemacetan parah yang gue alami sore tadi, dalam benak gue berfikir, kenapa bisa semacet itu yak? dan berapa kerugian yang harus terbuang dari kemacetan itu, bukan cuma waktu, tapi berapa besar kita membuang BBM karena kemacetan itu? Lalu kira-kira solusi apa yang tepat untuk menanggulangi atau paling tidak mengurangi kemacetan yang ada? Beberapa program pemerintah dan usaha keras dari pemda setempat gue yakin mereka telah bekerja keras, tapi mengapa macet itu masih sangat terasa bahkan malah semakin parah? Ataukah system dan programnya tak tepat? atau karena semakin banyaknya orang kaya sehigga mereka dapat menambah kendaraan mereka setiap hari dan memenuhi tiap ruas jalan? Trans Jakarta sudah berjalan, tapi mengapa ruas jalan masih tetap macet? Trans Jakarta yang bertujuan menciptakan transportasi yang aman dan bebas macet ternyata belum bisa terwujud, mengapa? Lalu program apa yang tepat buat mengurangi kemacetan yang ada? beberapa program calon gubernur yang baru gue rasa sangat bagus, namun semua itu belum ada jaminan pasti. Akankah jakarta akan tetap menjadi ibu kota yang macet? ataukah program gubernur yang nanti menjabat dapat mengatasinya?

Pembangunan apartemen yang murah disekitar perkantoran merupakan hal yang bagus, menurut gue itu suatu terobosan yang baru yang telah dicetuskan oleh salah satu calon gubernur ibu kota, namun kalo dipikirkan memang agak sulit dan gak akan efektif buat masa jauh kedepannya. Karena menurut gue, itu bukan solusi yang tepat, masih menurut gue, dengan adanya apartemen yang dibuat justru hanya akan banyak menarik minat para pendatang yang justru akan meningkatkan populasi warga jakarta. Jadi menurut gue, pemda jakarta juga musti memikirkan dari arah mana gelombang volume kendaraan yang bikin macet itu datang. Tangerang, Depok, Tangsel, dan Bekasi, yerp... daerah-daerah sekitar bekasi ikut mempengaruhi keramaian jalanan di jakarta, jadi menurut gue, pemda harus juga membantu bagaimana daerah sekitarnya untuk menata populasi. Dari hal yang gue lihat, kemacetan terjadi pada jam-jam tertentu dimana jam-jam itu adalah ketika para pekerja berangkat dan akan pulang. Ini menjadi fakta bahwa bukan soal populasi penduduk semata hal yang membuat jakarta menjadi macet, tapi karena arus dari daerah sekeliling jakarta yang warganya bekerja di daerah jakarta. Jadi menurut gue, hal yang tepat adalah menghentikan pembangunan dan membantu pembuatan lapangan pekerjaan disekitar luar jakarta. Mengapa? melihat fakta yang tadi gue tulis, bukankah ikut membantu pembangunan dan lapangan pekerjaan disekitaran luar jakarta juga dapat mengurangi kemacetan. Dengan banyaknya lapangan pekerjaan disekitaran luar jakarta, akan sangat berpengaruh, karena dengan begitu warga yang berada diluaran jakarta tak harus melulu mencari kerja di jakarta, mereka akan tetap bisa mendapat pekerjaan diwilahnya sendiri, dengan begitu volume kendaraan menuju ke jakarta akan berkurang. Menurut gue itulah hal yang tepat buat mengurangi kemacetan di jakarta, dengan mengurangi volume kendaraan ke arah jakarta, gue yakin kemacetan di jakarta akan berkurang drastis. Jadi menurut gue, gak masalah kali menghibahkan separuh APBD jakarata untuk membantu pembangunan didaerah sekitaran jakarta, toh dengan begitu jakarta juga akan terkurangi kemacetannya. Lagi pula pembangunan negara secara keseluruhan kan lebih penting. Apakah setelah ada kartu kesehatan dan kartu kurang mampu musti diadakan lagi kartu bebas macet agar kita bisa bebas dari macet? kan gak mungkin banget tuh, ya apapun itu gue yakin semua warga jakarta ingin bebas dari kemacetan tanpa "kartu bebas macet" tentunya.

Okelah, memang hal itu gak ada jaminan pastinya, namun gue yakin dengan kalo pekerja dari luaran sekitar jakarta yang banyak menyumbang volume kendaraan ke jakarta, dan gue pikir hal ini musti dicoba, toh gak ada ruginya buat bangsa ini. Bukankah negeri ini bukan cuma jakarta doang, jadi bila jakarta ikut membantu pembangunan disekitaran jakarta juga gak ada masalah seharusnya. Udahlah gitu aja, yang tadi itu cuma saran menurut gue lho, jadi belum teruji juga keberhasilannya, ya lebih lanjut kita serahkan kemacetan ini kepada bapak gubernur aja dah, hehehehehe.... gubrak!!!

sumber gambar: http://adylukadiyo.files.wordpress.com/2011/12/macet.jpg

0 komentar:

Posting Komentar