menolak rasis

18 Jul 2012


Udah bukan jamannya lagi sih buat rasis-rasisan, dan bukan modelnya lagi manusia rasis itu hidup dijaman globalisasi sekarang ini. Gue bingung sama orang yang masih rasis, kalo menurut gue, orang rasis itu orang yang gak pernah tau teknologi. Kenapa? sebab orang yang tau teknologi jelas udah melupakan rasis dan beralih ke hal-hal lain yang menurut gue emang sejaman dengan jaman globalisasi macam sekarang ini. Lagi pula sekarang kita hidup dalam lingkup yang sama, dan itu gak bisa ditolak. Perkembangan dunia telah membawa kita pada kehidupan yang lebih luas dan mau tak mau kita akan hidup berdampingan dan saling tolong-menolong. Jadi dengan kata lain, sulit untuk kita hidup dalam pengotakan kelompok-kelompok dan menutup diri pada pada eksistensi kelompok lain. Ya sebenernya sih simpel aja dan gak usah dibawa serius, untuk masalah rasis ini, khususnya di indonesia memang parah. Coba aja lu perhatikan, gak usah jauh-jauh, kadang-kadang diantara kita kalo yang punya temen, misalkan dari ambon, pasti dipanggilnya ambon atau kalo orang yang keliatan sipit lalu dipanggil cina. Atau temen kita yang punya kulit rada-rada item lalu dipanggilnya black, dan tak jarang orang itu sendiri yang menganjurkan temannya untuk memanggilnya dengan sebutan black itu tadi. Hal ini sangat biasa di negeri ini, tapi kalo gue pikir lagi, ini sangat berbahaya karena lambat laun akan menimbulkan efek xenophobia dan terjadinya diskriminatif terhadap suatu kelompok tertentu. Imbasnya adalah terputusnya jalinan komunikasi antar umat dan ras. Nah kalo udah terputus, masing-masing akan hanya memikirkan kelompoknya saja dan ini akan menimbulkan perpecahan yang sangat berbahaya.

Contoh yang sangat kentara di negeri ini adalah menyoal keberadaan keturunan tionghua. Bukan rahasia lagi kalo dari dulu orang-orang tionghua itu sangat dipinggirkan dan banyak isu-isu yang menyebutkan bahwa mereka itu pelit, individualisme dan lain-lain. Meskipun pada faktanya mereka juga warga negara Indonesia, tapi mengapa perlakuan berbeda sering mereka alami? Tindakan-tindakan diskriminatif terhadap mereka sangat jelas, dan itu sangat disayangkan. Padahal kalo mau merunut ke sejarah masa lampau, tak sedikit orang-orang keturunan tionghua ini ikut berjuang membantu orang pribumi melawan penjajah. Kalo gak percaya search aja di google, gue males nulisnya disini. Lagi pula mau dia keturunan mana, dan dari ras apa, yang penting mereka baik dan bisa berbaur dengan sewajarnya. Nah disini gue mau coba isu-isu rasis yang biasa terjadi di negeri ini.

Orang keturunan tionghua itu pelit
Emang sih ya, orang pelit itu nyebelin, tapi coba tengok-tengok deh. Padahal kalo lu perhatikan, banyak juga kok temen kita yang bukan dari keturunan tionghua justru banget-banget pelitnya. Dan dari yang udah gue alami, kebetulan kerjaan gue emang banyak orang keturunan tionghua, dan mereka bervariasi, dalam artian, yang pelit ya emang pelit dan yang baik ya emang baik. Jadi menurut gue, keidentikan orang keturunan tionghua itu pelit jelas gak berdasar banget dan gak bisa dijadikan simbol kepada mereka. Toh faktanya seperti yang gue sebutkan tadi, orang pribumi juga banyak kok yang pelit. jadi sekarang stop lah buat ngejudge kalo orang-orang keturunan tionghua itu pelit.

Orang ambon serem-serem
Nah ini neh yang lucu, orang ambon juga manusia kali, punya rasa punya hati. Entah apa yang yang membentuk imej bahwa orang ambon khususnya dan orang timur pada umunnya itu serem-serem. Ya emang juga sih, bisa dibilang banyak kok orang-orang ambon yang bekerja dibagain penagihan hutang seperti dep kolektor, karena memang mereka dianggap bisa menakuti orang yang ditagihnya. Tapi kalo boleh gue sarankan, coba sekali lagi lu tengo-tengok dah, berapa banyak perkelahian atau teriakan kemarahan justru keluar bukan dari orang-orang ambon ini. Hal yang paling gampang adalah bentrok dua kelompok masyarakat yang akhir-akhir ini terjadi Jakarta dan sekitarnya, dan mereka bukanlah orang ambon. Jadi menurut gue salah banget kalo mengidentikan orang ambon dengan hal yang seram, (maaf) kasar dan galak. Lah, liat aja tampangnya orang ambon kan serem-serem, nah kalo lu menemukan ocehan macam ini, bisa dibilang yang ngomong gak punya TV. Gue yakin orang yang berfikiran kaya gitu gak tau betapa manisnya Glen Friedly, hahahahaha. Jadi stop menjudge orang ambon itu serem-serem, karena gue juga punya temen orang ambon dan dia biasa aja, baik dan suka melawak kok.

Orang batak keras-keras
Dan ini juga gak bener, gaya bicara bolehlah, tapi itu juga gak semua kok. Gue punya seorang temen keturunan batak, dan dia sama sekali gak keras, malah kalo boleh dibilang gaya bicaranya macam orang jawa yang katanya alus. Lalu dari mana orang-orang punya persepsi kalo orang batak itu keras-keras? Semua itu cuma imej satu orang aja sehingga mendeskripsikan orang-orang diantaranya. Padahal banyak juga orang jawa, sunda dan dari daerah lain yang keras kok. Jadi mulai dari sekarang kita stop lah buat mengidentikan suatu suku dengan hal-hal yang menyinggung.

Contoh diatas gue rasa cukup buat kita untuk tidak lagi berbuat rasis, dan meletakkan setiap individu pada keadaan yang sama, karena pada dasarnya, kekasaran, kepelitan, dan kesereman itu variatif. Dan dari tiap suku itu memiliki variasi ini semua, jadi semua itu tergantung orangnya aja, gak peduli dia dari suku atau asal mereka. Sebenernya masalah rasis itu bukan cuma masalah suku dan kedaerah yang gue sebutkan diatas tadi, ada banyak hal yang emang masih terasa sekali rasisnya di negeri ini. Contoh paling gampang adalah kata-kata yang menyindir atau merendahkan suatu kelompok. Misalnya kata "kampungan", ini jelas menghina keberadaan orang-orang kampung yang dianggap gak sesuai dengan standart kehidupan perkotaan. Dan banyak juga kata-kata sindiran yang mengarah rasis yang sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Nah buat temen-temen, mikir lagi deh kalo mau ngejudge orang atau mengidentikan suatu kelompok dengan hal-hal yang menyindir, selain gak ada untungnya, toh percayalah, suatu saat kita akan membutuhkan mereka. Jadi mulai dari sekarang, bulatkan tekad dan teriakan "say no racism".



0 komentar:

Posting Komentar