stone is batu

30 Jul 2012


Batu... identik dengan orang yang keras kepala yang diibaratkan sebagai kepala batu. Lalu kenapa gue menulis tentang batu? pertama gue berpikir, apa yang ada di dunia ini selalu ada dua sisi yang berbeda, baik dan buruk. Nah kali ini gue coba mengungkap batu dalam sisi terbaik mereka, jadi kalo anda sering dijuluki sebagai orang yang keras seperti batu, jangan pernah bersedih. Karena sebuah batu pun ternyata mempunyai manfaat dan sisi baik mereka sendiri. Cerita di bawah ini gue kutip dari guru ngaji gue waktu dulu, gue udah agak-agak lupa sih, tapi gue akan ceritakan secara garis besarnya aja.

Dikisahkan, dahulu kala hiduplah seorang santri disebuah pesantren. Santri ini terkenal sangat dungu dan tidak bisa mengikuti pelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya. Hingga suatu saat di merasa telah jenuh dan memutuskan untuk kabur dari pesantren tempat dia menimba ilmu. Dengan membawa beberapa perbekalan makanan, dia pergi meninggalkan pesantren itu. Setelah sangat jauh melangkah, dia merasa sangat lelah dan dia berteduh disebuah goa di tengah hutan yang sangat gelap. Karena malam itu sangat dingin, dia memutuskan untuk membuat sebuah api unggun, namun masalah kembali datang, dia tak mempunyai korek untuk mebakar daun dan batang kering yang telah ia kumpulkan. Lalu ia memutuskan untuk mencoba membuat api dengan menggesekkan sisi batu ke sisi batu yang lainnya, dan cara ini berhasil. Malam hari itu ia lalui dengan kehangatan api unggun yang telah ia buat.

Pagi mulai menampakan dirinya, santri itu terbangun dan mulai melanjutkan perjalannanya yang ia sendiri tak tau kemana arahnya. Setelah beberapa lama ia melangkah, tiba-tiba ada seekor serigala besar menghadang jalan si santri ini, dengan sangat takut si santri menghentikan langkahnya. Dan seketika itu pula serigala yang kelaparan itu menyerang si santri itu, namun dengan reflek si santri menghindari terkaman serigala itu dan sambil berguling ditanah dia mengambil sebuah batu lalu melemparkan ke arah serigala itu. Batu itu tepat mengenai mata si serigala, yang akibatnya si serigala mengerang kesakitan dan lari menjauhi si santri itu. Lalu si santri kembali melanjutkan perjalanannya. Namun tak lama cuaca mendung datang diiringi gerimis, sebelum hujan lebat, si santri memutuskan untuk berteduh disebuah goa yang lain.

Dalam perteduhannya, dia berpikir keras dengan apa yang telah dia lakukan ini, pergi meninggalkan pesantren dan melangkah tanpa arah. Dia menyalahkan kebodohannya yang tak bisa mengikuti pelajaran, dan dia bersedih karena kedunguannya. Dalam kesepiannya dia memandang tetes air yang merembes dari celah-celah batu goa yang ia jadikan tempat berteduh. Dia memperhatikan terus tetesan itu hingga menarik perhatiannya ketika sebuah batu besar yang berlubang akibat seringnya ditetesi air. Seketika senyumnya mulai terlihat pada wajah si santri itu, dia bergumam, batu yang keras ini dapat terkikis hanya dengan tetesan air. Dari peristiwa ini dia mendapat sebuah pelajaran berharga, seberapa kerasnya seseorang bila terus menerus ditetesi dengan sesuatu hal, niscaya hal itu akan terserap dan dapat melebur kedalamnya. Seperti sebuah kebodohan, bila kita terus ditetesi dengan ilmu pengetahuan, aku yakin aku akan dapat mengerti ilmu itu. Selama ini santri itu hanya berdo'a agar menjadi pintar dan mengerti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, namun dibalik itu ternyata kita harus mengikis kebuntuan otak kita dengan tetesan ilmu, dengan kata lain usaha dan berusaha untuk terus belajar.

Tanpa pikir panjang, si santri memutar alah langkah dan kembali ke pesantrennya, dan dia berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh dan menetesi otaknya dengan ilmu terus menerus agar dia dapat mengerti apa yang dipelajarinya. Alkisah ini ditutup dengan keberhasilan si santri menjadi juaran di sekolahnya pada masa-masa mendatang.

Ya, begitulah kurang lebih kisah diatas disampaikan oleh guru ngaji gue waktu itu, lalu apa yang yang bisa kita ambil dari pelajaran diatas selain si santri dan pentingnya sebuah usaha. Batu... ya batu itulah yang mau gue bahas, diawal cerita tadi, si santri menggunakan batu sebagai media untuk membuat api. Walau nampak kuno, tapi dalam situasi tertentu pembuatan api dengan batu memang menjadi alternatif, terlebih adalah manfaat dari hasilnya tadi yaitu, apinya. Orang yang keras kepala itu memang menjengkelkan, tapi menurut gue dan dengan apa yang gue perhatikan dari beberapa temen gue yang kepala batu alias keras kepala, biasanya mereka punya ide-ide unik dan punya cara-cara yang unik untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini hampir sama dengan metode membuat api dari menggesekan batu, dalam hal-hal tertentu orang yang keras kepala terkadang punya ide-ide yang kolot namun cukup berguna :b.

Lanjut lagi, ketika si santri dihadang serigala, batu lah yang menyelamatkan dia dari terkaman serigala itu. Ini bukti bahwa batu itu bisa jadi sebagai alat untuk mengusir musuh atau sebagai senjata. Namun kembali lagi kepada dua sisi dunia yang gue sebutkan tadi diatas, ada baik dan buruk, nah tergantung bagaimana kita menjadikan batu ini sebagai apa. Selain itu batu juga banyak digunakan dalam membuat pondasi karena batu itu sangat kuat. Dan yang terakhir, batu itu meski keras tapi dia patuh terhadap situasi, contohnya bila cuaca panas dia akan jadi panas, dan bila cuaca dingin si batu akan terasa dingin. Bukan sebagai air diatas daun talas lho, batu meski selalu mengikuti cuaca namun dia tak mudah bergeser, itulah yang membedakan batu dengan air yang selalu mengikuti kemana arah yang rendah. Orang yang keras kepala akan cenderung memikirkan apa yang ia dapat dan dia serap sebelum menelannya. Dan yang terpenting adalah masalah prinsip, seperti batu yang tak mudah bergeser, orang-orang keras kepala juga tak akan mudah berubah pikirannya. Seperti air yang menetesi batu, batu tak lantas melebur, tapi dia butuh waktu lama untuk melebur. Hingga pada saat dia paham kalo meleburnya dialah yang menciptakan tanah yang menjadi pijakan manusia, serta membantu pepohonan untuk menumbuhkan akarnya, maka meleburlah dia, hehehehe.

Ya, walaupun emang agak-agak nyeleneh neh tulisan gue, tapi jauh lebih dalam, makna sesungguhnya itu yang tulisan gue "didunia ini terdapat dua sisi, baik dan buruk" nah, kalimat itulah yang musti kita pahami (ngeless mas bang ;b). Jadi mau jadi apa atau sifat apa yang ada dalam diri lu, intinya adalah dalam sisi yang mana kita menggunakannya, bila dalam sisi yang baik maka akan jadi baik, bila dari sisi buruk maka akan jadi buruk (hahahaha, basi banget neh, yang kaya gini juga semua orang tau kali miinn ;b). Hahahaha, yasudah, gue sudahi dulu tulisan ini, dan sekali lagi, merasa yang punya otak seperti batu gak usah minder. Terus berusaha dan berusah, dan berusaha, lalu berdoa. Buat yang mempunyai kepala seperti batu atau keras kepala, juga gak usah takut, ya paling tidak kalian punya pemikiran sendiri yang kalian anggap benar dan yang terpenting adalah mempertahankan ide-idenya. Hahahahaha... hidup batu aja dan..



0 komentar:

Posting Komentar