Tak
perlu menangisi apa yang telah terjadi, sudah cukup semua ini untuk sekedar aku
resapi, dan faktanya semua sama saja, tak ada perubahan sedikit pun, malah
cenderung semakin menjadi-jadi. Aku telah siap dengan segala konsekuensi dan
siap menerima kemungkinan terburuk dari sebuah hubungan ini. Aku percaya
sepenuhnya kepada garis takdir tuhan dan aku tak ingin melawannya, aku sudah
cukup sabar untuk menghadapinya. Biar bagaimana pun, semua ini menjadi tanggung
jawab ku, dan aku sadar itu. Yang terpenting adalah aku tetap menjaga dan tak
ingin berpaling sampai perkataan itu muncul dari mulutnya. Aku tak ingin
menyakiti siapapun, dan aku tak ingin melukai semua pribadi yang ada dan sangat
berpengaruh dalam hubungan ini. Aku tak menolak bila harus menanggung malu,
namun aku tak rela bila orang-orang yang tak seharusnya ikut merasakan malu itu
juga. Sampai kapan pun semua ini akan terlihat seperti ini sampai satu diantara
kita tersadar, bahwa hidup kita tak hanya bergantung pada sebuah benda yang ada
di genggaman mu, karena yang musti kita sadari adalah hidup ini sangat
kompleks. Aku cukup memahami, hidup ini ternyata tak sesingkat yang kita
pikirkan, dan hidup ini tak semudah yang orang-orang katakan, tentang
ketenangan, dan berbagai macam teori-teori omong kosong dari seorang motivator.
Semua itu tak akan berpengaruh sampai kita sendiri yang menentukan dan
mengambil sikap atas apa yang terjadi dan mencoba memperbaiki semuanya dengan
benar. Ini bukan kenyataan yang aku harapkan, dan ini bukan alur perjalanan
yang aku inginkan, tanpa rasa dan sedikit mengutuk tingkah dari seorang yang
telah masuk kedalam kehidupan ku.
Aku
bukan yang tanpa rasa, aku akui aku terlalu cepat memulai dan tak dapat
memaklumi semuanya, namun aku telah cukup bersabar akan hal itu. Ini terasa
menyesakkan dan ini akan membunuh segala rasa ku secara perlahan, menguburnya
dan hingga tiba saatnya rasa itu akan hilang dan tanpa bekas. Aku selalu
bersumpah pada sesuatu yang akan aku jalani, dan aku cukup mempunyai prinsip
akan apa yang telah menjadi pijakan ku. Jelas aku membenci masa lalu tentang
percintaan dan aku sama sekali tak berharap kembali pada sesuatu yang telah
terlepas dari genggaman ku. Kesabaranku bukanlah kesabaran orang-orang yang
sebenarnya, aku harus memuali dari awal, dan aku pikir kesabaran yang telah aku
lakukan ini adalah kesabaran terbaik yang pernah aku lakukan, meski pada
pengaruhnya, semua itu nihil dan tak berakibat apa-apa. Untuk sekedar bercerita
tentang masa lalu itu sangat mudah, dan terlalu gampang pula untuk
melupakannya, itulah aku, aku cukup punya banyak waktu untuk bisa berpijak
dengan kaki ku sendiri dan tak ingin terjerumus pada suatu masa lalu yang
kerdil dan bukan sebuah masalah besar bila aku mampu melupakannya hanya dalam
sekejap mata. Keadilan bukan tanpa cela, berharap win-win solution itu hampir
mustahil dan aku faham hal itu, namun aku menolak bila harus terus-menerus
menahan perasaan yang serba salah ini. aku sudah cukup terbuka dan aku telah
berusaha keras melawan dan membunuh setiap ego ku dan mencoba mencair dan
mengikuti segala keinginan, namun sepertinya itu tak membuatnya mengerti, entah
tak mengerti atau tak mau mengerti. Satu yang harus aku akui, aku berada dalam
dua sisi yang sungguh membuat ku menjadi tak biasa dan hampir membuat ku putus
asa. Namun aku menolak untuk melepasnya, sebuah janji telah terucap dan sebagai
laki-laki aku bangga untuk selalu memenuhi janji yang telah aku sanggupi.
Dimana disatu sisi aku merasa malu bila pada faktanya, aku yang seorang
laki-laki merasa didinginkan oleh keadaan ini.
Seperti
menanam benih, aku telah memulai, dan semua sesuai alur dan dengan cara-cara
yang wajar, memulai dari awal dan mulai menyirami benih itu dan berharap semua
sesuai dengan apa yang aku tanam. Namun terkadang kita tak bisa berharap
terlalu banyak akan sebuah fakta alami, ini masalah perasaan dan tak ada yang
dapat memprediksi dengan sempurna. Kita musti siap dengan
kemungkinan-kemungkinan dan belajar menerima kemungkinan itu dengan segala
kesiapan kita. Saat benih itu akan tumbuh menjadi sebuah bunga dan mekar kearah
matahari, saat itu kita akan mengatahui sejauh mana bunga itu memberi pengaruh
pada kita dan membentuk perasaan emosional kita secara perlahan. Aku masih
duduk dan menanti, terus mecairkan suasana dan masih menggenggam tanggung jawab
yang telah aku janjikan, satu yang tak ingin dan mungkin nanti akan membuat
kesabaran ku habis adalah saat hujan itu membasahi hati ku. Aku masih cukup
tegar untuk sekedar berdiri, tapi aku tak tahu sampai kapan dan entah kapan
waktu itu akan runtuh dan mengganti dengan perasaan sinis yang mungkin akan
membakar semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar