o'on phone

8 Des 2012

Ternyata menjalin hubungan itu tidak sesederhana yang dibayangkan. Penuh dengan hal-hal yang bila dihitung, ternyata jauh lebih banyak hal yang menyakitkan. Menyatukan dua kepala dan menempuh satu tujuan adalah yang sulit, dan yang memuakan adalah bila masalah itu muncul dari hal-hal yang seharusnya disadari dengan sesadar-sadarnya. Ada semacam trauma yang terus menghantui, namun itu sama sekali bukan luka yang tak tersembuhkan, namun cukup pedih bila harus terulang. Berulang kali melalukan kesalahan bodoh yang seharusnya dengan mudah dipahami dan disadari itu menyesakkan.

Aku telah berusaha dan sampai detik ini masih terus berusaha untuk memakluminya, namun aku berharap semua dapat berubah untuk hal yang lebih baik. Dilain sisi aku muak akan keberadaan teknologi, namun dilain sisi kehebatan teknologi ini yang mempertemukan kita. Memang bukan pada tempatnya bila aku menyalahkan kemajuan teknologi, yang harus disadari adalah sikap dari pribadi itu sendiri. Aku tak mengharapkan seseorang yang tak mengerti teknologi, namun dalam hal ini aku sangat membencinya dan terkadang berharap seseorang yang tak peduli dengan keberadaan teknologi. Sangat menyedihkan bila seseorang lebih menyukai keberadaan teknologi dari pada pasangannya, dan terlebih bila seseorang itu sedang bersama kita. Yang tak pernah habis untuk aku pikirkan adalah, sesakit apa dia bila tak membuka jejaring sosial atau bermain game? ataukah akan mati bila tak bisa online dalam setiap kesempatan? Sebandingkah dengan rasa sakit bila kita dicampakan?

Apa yang dia punya aku pun punya, namun aku tau kapan aku harus memainkannya, dan kapan aku harus fokus. Mungkin sebagian menganggap hal ini sebuah hal sepele, namun coba bayangkan bila itu terjadi pada diri kita. Aku tak ingin membalas dengan hal yang sama, karena aku tau, itu akan sangat menyakitkan.

Untuk sekedar bersenang-senang aku pikir itu konyol, tak sesuai dan cara-cara itu sangat licik. Saat kita saling tak memandang tak ada cara lain, keberadaan gadget itu sangat penting, tapi tidak saat diantara kita saling bertatap mata. Aku tak ingin memungkiri, mungkin tanpa sadar aku petnah melakukan hal yang serupa, namun ketika aku sadar, aku cukup bisa mengontrol dan memulai lagi dengan fokus. Kini semua mungkin telah terjadi, dan aku dalam dilema, hal ini seperti masalah sepele, namun bagi ku ini menyakitkan. Aku menyerah untuk memprotes, dan kini aku hanya akan menjalani ini dengan cara ku. Aku sudah cukup muak, dan tak dapat lagi menerima hal yang seperti ini. Faktanya handphone ini telah menyibukan beberapa diantaranya hanya untuk melukai perasaan seseorang. Dan kini mungkin aku harus memakai caraku untuk melunasi semua rasa muak ku terhadap masalah ini. Selamat tinggal jejaring sosial, selamat tinggal aplikasi-aplikasi yang telah membuatku muak, dan selamat tinggal semuanya. Semoga bila ada hal yang meyakinkan ku untuk kembali lagi untuk mencoba login lagi, walau aku berharap tidak. Mungkin satu-satunya yang akan aku rindukan hanyalah menulis dalam blog ini, selamat tinggal semua, dan semoga bila ada waktu luang aku akan tetap menulis di blog ini.

Thanks a lot for this pain!!!

0 komentar:

Posting Komentar