reisen (geschichte von sehnsucht nach der sonne)

22 Jan 2012

Berjalan lembut menembus kepingan-kepingan debu yang merasuk kedalam pori-pori. Dari nafas yang terengah, terlintas sebuah berita di surat kabar kemarin sore tentang matahari. Dibalik jubah lusuh tampak kerut lekuk tulang menunjukan usia yang mulai renta. Untuk sekian lama aku menantikan kelanjutan kisah ini. Kisah yang menggambarkan sebuah rasa rindu yang telah menumpuk dihalaman belakang rumah saat tertimbun salju. Sayap ku tak mampu lagi mengepak, dan hanya mampu terbang merendah mengikuti takdir sebagai manusia. Tak ada lagi impian-impian yang mengapung diatas kepalaku. Yang ada hanya harapan untuk tetap melingkarinya, bukan hanya dalam balutan rasa cemburu, namu semua tergambar dalam sebuah cerita panjang dinadi ku. Setiap nada yang mengalun adalah masa indah yang akan tersimpan dalam tiap tidurku, dan tiap amarah merupakan bulatan-bulatan hitam yang meracuni tiap jengkal pikiranku.

Diteriknya matahari, aku hanya lah seseorang tanpa karya yang berharap terlalu banyak. Berjalan, melompat, dan berlari tanpa arah dengan teriakan lantang. Teriakanku tak lagi mengganggu sekitar, bahkan untuk sekedar aku dengarkan-pun tak lagi bersuara. Melangkah melewati perputaran waktu, detik, menit, jam, bahkan hari telah aku lalui dengan apa adanya. Beberapa metode mengajarkan ku untuk terus bernyanyi dan menari, melihat semua yang indah dan membayangkan hal-hal yang menggelikan. Namun tak ada satupun yang berharap dan bertanya sedang apa aku ini?? Ini adalah hal yang membuat ku tabu, berdiri ditengah matahari tanpa mengetahui kearah mana aku menghadap. Ribuan anak tangga mulai memandang kearah ku dengan sinis, berharap aku tak menapakinya dan aku tetap diam sampai aku melakukan sesuatu hal yang lebih berguna dari pada harus menapakinya. Aku tak bisa terbang seperti angin, namun aku dapat merasakannya, dan kesejukan itu menyampaikan pada ku tentang sebuah pengalaman dan sebuah pengorbanan hidup. Ku tinggalkan sekarang keraguanku dalam peti tua diruang bawah tanah pikiranku. Ku usap kucuran keringat ku dan mulai bangkit dan terbangun dari segala lamunanku. Satu hal yang aku yakini, tiap jengkal yang aku lalui adalah perubahan, dan tiap nafas yang aku hembuskan adalah goresan tinta takdirku. Aku tak akan menjauh dan aku peduli akan semua itu. Bila nanti datang hujan, akan ku kembangkan pelangi lebih awal agar mereka tahu aku tak pernah menyerah. Namun bila esok bulan datng dan menutupi matahari, aku tak akan tertidur karenanya, agar semua tahu, akulah orang pertama yang menyapa saat tiba mentari menyinari pagi. NYANYIANKU ADALAH KUMPULAN NADA-NADA SUMBANG TENTANG RASA RINDUKU KEPADA MATAHARI, DAN DALAM TIAP PERPUTARAN, LAGU RINDU INI YANG MENGALUN UNTUK MATAHARI…
picture by: http://dauw-druppels.blogspot.com/2011/11/dua-orang-manusia.html

0 komentar:

Posting Komentar