damailah sepakbola indonesia

7 Jun 2012



Beberapa hari yang lalu gue gak sengaja membaca berita disebuat surat kabar elektronik. Berita itu memuat tentang pelemparan benda-benda kesebuah mobil artis negeri ini. Dan ternyata masalah atau dugaan nya adalah, karena si artis mengendarai mobilnya yang ber-pelat B (jakarta) menyusuri kota Bandung, dan disinyalir, pelaku pelemparan adalah oknum fans dari klub Persib Bandung atau biasa disapa viking. Ulah oknum ini disebabkan (mungkin) karena tragedi sebelumnya di SGBK yang memakan korban seorang viking ketika pertandingan Persija vs Persib. Bukan rahasia lagi memang, perselisihan antara kedua sporter The Jakmania dan Viking memang sangat panas. Namun apakah pantas bila inisial plat pada kendaraan juga musti mereka jadikan pelampiasan dari perselisihan? Bila dalam hal ini memang benar, maka yang jadi pertanyaan adalah, apakah perselisihan ini memang sudah meluas, bukan hanya The Jakmania dan Viking? Karena, penumpang mobil yang dilempari oleh oknum Viking tersebut adalah seorang warga Bandung asli yang kebetulan saja plat mobilnya B (jakarta). Apakah sudah separah itu emosi dan dendam kedua sporter itu terbentuk. Dari pemikiran gue, apa yang dilakukan oknum dari viking itu telah membuat perselisihan ini semakin meluas, bukan hanya dalam lingkup permusuhan antar suportter, tapi telah meluas menjadi permusuhan antara Jakarta vs Bandung. Ini sangat mengerikan, saat dua blok mulai saling menghujat dengan mengatas namakan kota mereka. Faktanya, tidak semua warga Jakarta mengerti sepak bola, begitu juga sebaliknya. Lalu adakah upaya-upaya yang dilakukan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini??

Ini pertama kali gue coba menulis tentang sepak bola dalam negeri, ehmmm tentang supporter tepatnya. Gue sebenernya gak terlalu paham dengan sepak bola dalam negeri sih, tapi beberapa kejadian telah membuat gue sedikit mengerti tentang atmosfir perselisihan antar supporter sepak bola negeri ini. Dan dari banyaknya perselisihan ini, memang yang paling kentara adalah perselisihan antara Persib dengan viking sebagai supporter dan Persija bersama the jakmania selaku supporter tim ibu kota itu. Entah bagaimana awal terciptanya perselisihan kedua kubu ini, banyak versi yang menceritakan awal mulanya pertikaian ini. Pembelaan dan sangkalan dari masing-masing kubu juga banyak sekali. Disini gue gak mau bahas terlalu jauh tentang panasnya permusuhan kedua kubu ini, gue justru ada di pihak yang menyayangkan adanya perselisihan dan dendam yang terjadi. Gue menulis ini sebagai seorang penggemar olah raga sepak bola yang cinta damai, hehehe :). Lalu, siapakah pihak yang disalahkan dari kemelut ini? adakah upaya perdamaian? bagaimana penanggulangannya? atau yang lebih ekstrim adalah pernyataan, "bubarkan saja!". Asli, basi banget gue denger pertanyaan dan pernyataan diatas. Cukup, bertanya siapa yang salah, karena gak mungkin ada yang mau disalahkan, stop tanya soal perdamaian, sebab udah banyak upaya perdamaian di lakukan, lalu penanggulangannya? faktanya aparat aja udah gak sanggup mencegahnya, kalo gitu bubarkan aja, ini gila, okelah viking atau the jak dibubarkan, tp siapa yang bisa menjamin gak akan muncul nama-nama lain sebagai jargon pengganti yang sebelumnya.

Lalu apakah harus dibiarkan dan meluas sehingga yang sebelumnya hanya perselisihan lintas supporter menjadi perselisihan masyarakat secara keseluruhan? Koreksi diri masing-masing gue pikir lebih ampuh, mencoba belajar dari kemapanan supporter-supporter luar negeri. Nah, buat renungan kita semua, berikut gue ulas sedikit tentang partai panas dalam sepak bola dengan fans-fans nya yang telah menjadi "manusia dewasa".

# Liverpool vs Everton

Liverpool yang punya masa kelam dalam sejarah perjalanan fansnya kini telah bisa berubah menadi fans yang dewasa. Tragedi Heysel telah mencoreng wajah persepak bolaan Inggris, dan pelalu utamanya adalah para hooligan Liverpool. Nah dalam partai derby mersey side ini sebenernya gak kalah panas dengan partai Persija vs Persib. Malah derby mersey side ini bisa dibilang sarat dendam, karena seperti kita ketahui, munculnya Liverpool ditandai pengusiran Everton dari Anfield Stadium. Tapi, masing-masing supporter hanya membatasi perselisihan mereka hanya dalam lingkup sepak bola, dan itu pun tidak serta merta membuat mereka jadi beringas saat ada dalam satu tribun. Makanya jangan heran ya kalo dalam partai Liverpool vs Everton kalian melihat ada warna merah Liverpool dan warna biru Everton duduk bersebelahan.

# Real Madrid vs Barcelona

El Classico, dalam partai ini sebenarnya bukan hanya sarat gengsi dalam sepak bola. Lebih jauh, permusuhan Madrid dan Barcelona merambah pada aspek politik dan budaya. Namun panasnya perselisihan antar supporter ini masih dalam kendali aparat. Memang bisa dibilang fans Barcelona lah yang sepertinya lebih mendendam terhadap keseluruhan yang berbau Madrid, ini merunut tentang sejarah umum pertikaian catalan dengan kerajaan Spanyol. Malah ada sebuah slogan  "Catalan bukanlah Spanyol" yang diusung fans Barcelona yang sangat militan dan tentu salah satu fans itu mungkin yang mengerti sejarah panjang pertikaian antara Catalan dengan kerajaan Spanyol. Namun apresiasi patut diberikan kepada Madridista selaku fans Real Madrid, dalam perseteruan yang panas, fans Madrid tetap memberi respect ketika salah satu pemain Barcelona harus naik meja operasi.

Dari dua gambaran diatas gue rasa cukup buat menyadarkan kita untuk bisa lebih dewasa menyikapi apa yang terjadi dengan Persib dan Persija. Banyak perseteruan lainnya antara supporter-supporter besar klub sepak bola, tapi mereka cukup dewasa untuk sekedar menghindari bentrokan fisik. Liverpool vs Manchester United, Juventus vs Milan, Inter vs Milan, dan masih banyak lagi partai panas yang bisa kita jadikan contoh.

Satu hal yang unik adalah fakta mereka tetap bisa berada dalam satu stadion meski mereka saling bertikai. Faktor pengaman juga sangat fital dan penting dalam mengatur ketertiban. Berbeda dengan Persija dan Persib, dimana panpel dan aparat pengaman melarang viking datang ke Jakarta saat Persib bermain tandang, dan begitu juga sebaliknya, The Jak dilarang menemani Persija saat bertandang ke Bandung. Hal ini hanya malah akan menjaga permusuhan mereka tetap abadi, karena tak pernah ada kontak sama sekali antara satu dengan yang lainnya. Saat mereka bernyanyi dan mencela tim lawan, hal ini adalah tragis, namun sebuah pelajaran akan dapat dirasakan saat mereka duduk dalam satu stadion yang sama. Keterbiasaan atas perselisihan juga akan mendewasakan mereka dalam menentukan sikap. Contoh adalah partai Juve vs Liverpool pada Liga Champions 2005. Rekam jejak dan trauma tragedi Heysel masih sangat jelas. Namun panpel sama sekali tak melarang kedua fans saling berkunjung ke stadion masing-masing lawan. Pengamanan diperketan, koordinasi digencarkan, dan upaya-upaya perdamaian dikibarkan, dan hasilnya pertandingan berjalan lancar. Bila jakmania dan viking terus dipisah seperti ini, kapan dendam ini berakhir? bila tak bertemu makan kapan mereka akan berjabat tangan, meskin tanpa rasa, namun lambat laun semua akan berubah. Dalam tiap kejadian akan ada pelajaran dan pendewasaan yang bisa diresapi.

Damailah viking, dan damailah Jakmania, serta damailah seluruh supporter Indonesia. Banyak alasan untuk kita saling merangkul, dan banyak alasan pula bagi kita untuk saling berjabat tangan. Sudahi segala permasalahan ini, dan bersama-sama junjung sportivitas dalam sepak bola nasional. Karena biar bagaimana pun juga kita ini sebangsa dan setanah air, jadi sepertinya tak pantas bila kita saling melukai. Bukan begituuu pak hajiiii. . . :)

Published with Blogger-droid v2.0.4

1 komentar:

Posting Komentar